[SKRIPSI] Preferensi Lalat Buah, Bactrocera dorsalis. terhadap Berbagai Ukuran Perangkap dan Jumlah Atraktan per Perangkap

Preferensi Lalat Buah, Bactrocera dorsalis. terhadap Berbagai Ukuran Perangkap dan Jumlah Atraktan  per Perangkap

 

Iftitah Kartika Amaliah, Sri Nuraminah Ngatimin, Andi Nasruddin

(iftitahkartika@gmail.com)

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

 

ABSTRAK

 

Salah satu penyebab utama rendahnya produktivitas cabai adalah akibat dari serangan lalat buah, Bactrocera spp. Kehilangan hasil apabila tidak dilakukan langkah pengendalian yang tepat. Perangkap model steiner dengan atraktan metil eugenol efektif mengendalikan lalat buah dan tidak berdampak negatif bagi konsumen dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi antara ukuran perangkap dan konsentrasi atraktan yang paling efektif dalam mengendalikan lalat buah, Bactrocera spp., pada tanaman cabai. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan (Experimental Farm), Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea, Makassar, berlangsung Agustus sampai Desember 2020. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor (3x3), dengan faktor pertama yakni : perlakuan ukuran perangkap yang terdiri dari 3 taraf : P1 = Perangkap berukuran 330 ml (tinggi 15.4 x diameter 5.4 cm), P2 = Perangkap berukuran 600 ml (tinggi 22.5 cm x diameter 6.5 cm), dan P3 = Perangkap berukuran 1500 ml (tinggi 31.5 x diameter 8 cm). Faktor perlakuan kedua adalah jumlah attraktan per perangkap terdiri dari 3 taraf : A1 = 0,5 ml per perangkap, A2 = 1 ml per perangkap, dan A3 = 1,5 ml per perangkap. Pengamatan mulai dilakukan seminggu setelah perangkap lalat buah dipasang dan setiap tujuh hari setelahnya. Semua lalat buah yang terperangkap pada setiap perangkap dikumpulkan dalam sebuah wadah yang berisi alkohol 70% lalu dibawa ke laboratorium untuk identifikasi spesies dan penghitungan lalat buah yang terperangkap. Setelah pengamatan, bola kapas baru yang mengandung metil eugenol dipasang dalam perangkap menggantikan bola kapas yang lama. Pengamatan dilakukan sebanyak 8 kali dengan interval waktu 1 minggu. Parameter yang diamatai adalah spesies dan populasi lalat buah yang terperangkap. Data lalat buah dewasa ditransformasi dengan menggunakan transformasi log (x + 1) kemudian dianalisis dengan menggunakan ANOVA pada taraf 0,05. Jika terdapat perbedaan nyata, maka rata-rata perlakuan dibandingkan dengan menggunakan test Tukey. Hasil penelitian menunjukkan, ukuran perangkap mempengaruhi jumlah tangkapan lalat buah. Tangkapan tertinggi terdapat pada ukuran perangkap terbesar, yaitu 1500  ml. Konsentrasi atraktan juga mempengaruhi jumlah tangkapan lalat buah, tangkapan tertinggi diperoleh pada konsentrasi atraktan tertinggi, yaitu 1,5 ml. Adapun kombinasi perlakuan ukuran perangkap dan jumlah atraktan per perangkap juga mempengaruhi hasil tangkapan lalat buah, hasil tangkapan tertinggi didapatkan pada kombinasi ukuran perangkap 1500 ml dan konsentrasi atraktan 1,5 ml per perangkap.

Kata Kunci:  Atraktan, Bactrocera spp., Perangkap, Ukuran.

ABSTRACT

 

One the most important limiting factors of chili production is fruit fly, Bactrocera spp. cause of low chili productivity is the result of the attack of Bactrocera spp. The pest can cause total yield loss if proper control measures are not employed. Fruit fly trap, including the Steiner model, with methyl eugenol attractant, is effective in controlling fruit and without negative impacts to consumers and the environment. This study aimed to determine the most effective combination between trap size and attractant concentration in controlling, B. spp. in chili plants. This research was conducted in the experimental farm, Faculty of Agriculture, Hasanuddin University, Tamalanrea, Makassar, from August to December 2020. The study used a 2-factor (3x3) factorial randomized block design, with the first factor, namely: trap size treatment consisting of from 3 levels: P1 = Trap measuring 330 ml (height 15.4 x diameter 5.4 cm), P2 = Trap measuring 600 ml (height 22.5 cm x diameter 6.5 cm), and P3 = Trap measuring 1500 ml (height 31.5 x diameter 8 cm) . The second treatment factor was the amount of attractant per trap consisting of 3 levels: A1 = 0.5 ml per trap, A2 = 1 ml per trap, and A3 = 1.5 ml per trap. Observations were made a week after the fruit fly trap was set and every seven days thereafter. All fruit flies trapped in each trap was collected in a container filled with 70% alcohol and then taken to the laboratory for species identification and counting of the trapped fruit flies. After observation, a new cotton ball containing methyl eugenol was installed in the trap replacing the old cotton ball. Observations were made 8 times with a one-week interval. The parameters observed were the species and the number of the trapped fruit fly per trap.. Data of the adult fruit flies were transformed using log transformation (x + 1) before being analyzed using ANOVA at 0.05 level. If there is a significant difference, the average treatment is compared using the Tukey test. The results showed that the size of the trap affected the number of fruit fly catches. The highest catch was found in the largest trap size, which was 1500 ml. Apart from trap size, the attractant concentration also affected the number of fruit fly catches, the highest catch was obtained at the highest attractant concentration, namely 1.5 ml per trap. The treatment combination of trap size and amount of attractant per trap also affected fruit fly catches, the highest catch was found in the combination of trap size of 1500 ml and attractant of 1.5 ml per trap.

Keywords: Attractants, Bactrocera spp., Size, Traps.

For more : iftitahkartika@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[JURNAL] Keanekaragaman Serangga pada Bunga Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di Lahan Pertanian Organik

Pengaruh Tumpang Sari Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dan Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Terhadap Keberadaan Hama Pada Daun Tanaman

[JURNAL] Dinamika Populasi Hama dan Penyakit Utama Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) pada Lahan Basah dengan Sistem Budidaya Konvensional serta Pengaruhnya terhadap Hasil di Denpasar-Bal